Senin, 29 Juni 2009

...ALLAHU...

Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Sekalipun kita durhaka
kepada-Nya, tetap saja Dia memberi kita banyak kenikmatan. Namun Allah tidak
memberikan "iman" kepada hamba-hamba-Nya yang durhaka. Sudah seharusnya kita
merenungkan hal ini. Apakah kita akan menjual iman dengan harga yang murah,
padahal harga iman itu setara dengan surga.

Kita menjadi makhluk-Nya yang kufur setelah kita melalui kenikmatan itu tanpa
berterima kasih kepada-Nya. Jika kita berterima kasih kepada orang yang
memberikan bantuan kepada kita, sesungguhnya Allah-lah yang lebih berhak dan
lebih banyak kita haturkan terima kasih. Karena kenikmatan yang Dia berikan,
tiada terhitung jumlahnya. Mulai dari udara yang kita hirup, mata yang
berkedip, dan masih banyak lagi yg tak terhitung jumlahnya . Semua itu
kenikmatan yang tiada ternilai harganya. Jika Anda mengucapkan kata
"Alhamdulillah" ketika memperoleh kenikmatan, itu sudah cukup bagi Allah, tapi
jika dibandingkan nikmat pemberian-Nya, jauh sekali dari standar yang
semestinya.

Pada hakikatnya, rasa syukur kita bukan untuk Allah, melainkan untuk diri kita
sendiri. Kekuasaan Allah tidak akan bertambah dengan banyaknya orang yang
bersyukur dan tidak akan berkurang dengan banyaknya orang yang kufur. Begitupun
dengan perintah-perintah Allah yang harus kita jalankan dalam kehidupan ini,
semuanya adalah untuk diri kita sendiri. Bukankah jika kita bersyukur, Allah
akan menambahkan kenikmatan untuk kita? Dan bukankah jika kita kufur, azab-Nya
amatlah pedih?

Begitu tingginya maqam syukur, sehingga banyak ulama yang mengatakan bahwa
syukur adalah separoh dari iman. Mengapa? Karena syukur adalah pintu gerbang
untuk mengenal Allah dan mengenal diri kita sendiri. Ketika kita mengucapkan
"Alhamdulillah", sesungguhnya kita sedang mengatakan bahwa seluruh puji-pujian
hanyalah milik Allah – Tuhan semesta alam. Ketika kita memperlihatkan
kenikmatan yang diberikan-Nya, sesungguhnya kita sedang mengatakan – dengan
bahasa tubuh kita – bahwa semua itu berasal dari-Nya, bukan dari usaha kita
sendiri. Jika Allah menghendaki kehinaan pada diri seseorang, maka tak akan ada
orang yang sanggup membuatnya mulia. Kehinaan tetap melekat padanya seumur
hidupnya.

...Semoga Kita Adakah Termasuk Hamba2 Allah Yg Bersyukur , Amin Ya Rabb Ya Rabbal Alamiiin...
LUV,
VI's

Tidak ada komentar:

Posting Komentar