Rabu, 01 Juli 2009

SABAR MENGHADAPI COBAAN DAN RIDHA TERHADAP QADHA (1)

Allah berfirman:
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orangorang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (TQS. al- Baqarah [2]: 214)

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innâ lillâhi wa innâ ilaihi râji`ûn” Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (TQS. al- Baqarah [2]: 155-157)

Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orangorang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan. (TQS. Ali ‘Imrân [3]: 186)

Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. (TQS. az-Zumar [39]: 10)

Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (TQS. al-Baqarah [2]: 155)
Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu… (TQS. Ali ‘Imrân [3]: 200)

Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. (TQS. az-Zumar [39]: 10)

Tetapi orang yang bersabar dan mema’afkan sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan. (TQS. asy-Syûra [42]: 43)

Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (TQS. al-Baqarah [2]: 153)

Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya Allah Azza wajalla jika mencintai suatu kaum, maka Allah akan memberikan cobaan kepada mereka. Barangsiapa yang sabar, maka dia berhak mendapatkan (pahala) kesabarannya. Dan barangsiapa marah, maka dia pun berhak mendapatkan (dosa) kemarahannya. (Telah dikeluarkan oleh Ahmad melalui jalur
Mahmud bin Labid)

Ahmad telah mengeluarkan dengan jalan Mus’ab bin Sa'id dari ayahnya, ia berkata, Aku berkata, “Wahai Rasulullah saw., siapa manusia yang paling berat cobaannya?” Rasulullah saw. bersabda: Para Nabi, kemudian orang-orang yang shalih, kemudian generasi setelahnya, dan generasi setelahnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kadar agamanya. Apabila ia kuat dalam agamanya, maka ujian akan semakin ditambah. Apabila agamanya tidak kuat, maka ujian akan diringankan darinya. Tidak henti-henti ujian menimpa seorang hamba hingga ia berjalan di muka bumi ini dengan tidak memiliki kesalahan sedikit pun.

Dari Abû Malik al-Asy’ari ra., ia berkata; Rasulullah saw. bersabda:
…Sabar adalah cahaya... (HR. Muslim)

Dari Abû Sa'id al-Khudri ra., sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa yang berusaha untuk sabar, maka Allah akan menjadikannya mampu bersabar. Tidak ada pemberian yang diberikan kepada seseorang yang lebih baik dan lebih luas daripada
kesabaran. (Mutafaq ‘alaih)

Dari Abû Yahya Suhaib bin Sinan ra., ia berkata; Rasulullah saw. bersabda: ……jika ia ditimpa dengan kesulitan, maka ia akan bersabar, dan kesabaran itu adalah kebaikan baginya. (HR. Muslim)

Dari Anas ra., ia berkata; Suatu ketika Nabi saw. menghampiri seorang wanita yang menangis di dekat kuburan, kemudian Nabi bersabda, “Bertakwalah engkau kepada Allah dan bersabarlah.” Wanita itu berkata, “Engkau tidak tertimpa musibah seperti aku.” Wanita itu tidak mengenal Rasulullah saw. Kemudian dikatakan kepada wanita itu bahwa yang berkata tadi adalah Rasulullah saw. Wanita itu lalu mendatangi rumah Nabi saw. tapi ia tidak menemukan penjaga pintu, sehingga ia masuk ke rumah Nabi dan berkata, “Aku tidak mengenal engkau.” Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya kesabaran itu pada saat pertama kali ditimpa musibah.” (Mutafaq ‘alaih)

Dari Abû Hurairah ra. sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: Allah berfirman, “Seorang hamba yang Aku ambil kekasihnya dari penghuni dunia kemudian ia bersabar, maka tidak ada balasan apa pun baginya kecuali surga. (HR. al-Bukhâri)

Dari ‘Aisyah ra., ia bekata; aku bertanya kepada Rasulullah saw. tentang penyakit tha'ûn. Kemudian Rasulullah saw. memberitahukan kepadanya: Sesungguhnya tha'ûn itu adalah siksa yang dikirim Allah kepada orang yang dikehendaki-Nya. Kemudian Allah menjadikannya rahmat bagi orang-orang yang beriman. Maka tidaklah seorang hamba yang tinggal di negerinya yang tengah terjangkit tha'ûn, lalu ia bersabar dan mengharap ridha Allah; ia meyakini bahwa tidak akan ada yang menimpanya kecuali perkara yang telah ditetapkan Allah; kecuali ia akan mendapatkan pahala seperti orang yang syahid. (HR. al-Bukhâri)

Dari Anas ra., ia berkata; aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya Allah berfirman, “Apabila aku menguji hambaku dengan dua mata yang buta, kemudian ia bersabar, maka Aku akan mengganti kedua (mata)nya tersebut dengan surga baginya. (HR. al-Bukhâri)

Dari Atha Ibnu Abi Rabbah, ia berkata; telah berkata kepadaku Ibnu Abbas ra., apakah tidak perlu aku memperlihatkan kepadamu seorang wanita penghuni surga? Aku berkata, “Tentu saja sangat perlu.”; maka Ibnu Abbas berkata: Dia adalah wanita yang hitam ini. Ia datang kepada Nabi saw. Seraya berkata, “Ya Rasulullah!, Aku biasa terkena ayan dan auratku suk
tersingkap karenanya, maka berdoalah kepada Allah untukku.” Rasulullah saw. bersabda, “Jika engkau mau bersabar, maka bagimu surga. Tapi jika engkau mau, maka aku akan berdoa kepada Allah agar menyembuhkanmu.” Wanita itu berkata, “Aku akan bersabar
saja. Tapi auratku suka tersingkap, maka berdoalah untukku agar auratku tidak tersingkap.” Kemudian Rasulullah saw. Berdoa untuknya. (Mutafaq ‘alaih)

Dari Abdullah bin Abi Aufa ra.: Sesungguhnya Rasulullah saw. di sebagian waktunya ketika perang, beliau menunggu hingga matahari condong ke Barat. Kemudian beliau berdiri di hadapan kaum Muslim dan bersabda, “Wahai manusia, janganlah mengharap bertemu dengan musuh, dan mintalah keselamatan kepada Allah. Tapi jika kalian bertemu dengan musuh maka bersabarlah. Dan ketahuilah bahwa surga ada di bawah bayang-bayang pedang.” Kemudian Rasulullah saw. bersabda, “Ya Allah, Dzat yang menurunkan kitab, yang menjalankan awan, dan menghancurkan musuh; hancurkanlah mereka dan tolonglah kami untuk mengalahkan mereka.” (Mutafaq ‘alaih)

Itulah dalil-dalil tentang keharusan bersabar ketika mendapat ujian. Adapun dalil tentang kewajiban ridha menerima qadha adalah apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Ashim dan al- Bukhâri dalam al-Adab al-Mufrad, dan al-Hâkim, ia menshahihkan hadits ini. Adz-Dzahabi juga menyetujuinya, dengan lafadz hadits:

Dan aku meminta kepada-Mu, ya Allah, bisa ridha setelah menerima qadha.

Syara’ telah memuji seorang hamba yang berserah diri terhadap qadha, sebagaimana
dijelaskan dalam hadits dari Abû Hurairah. Sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda kepadaku: Aku akan memberitahumu satu kalimat yang datang dari bawah ‘Arasy dan dari gudangnya surga, yaitu, “Tiada daya dan tidak ada kekuatan kecuali dengan (kekuasaan) Allah”. Allah berfirman, “Sungguh hamba-Ku telah tunduk dan berserah diri kepada-Ku.” (HR. al-Hâkim. Ia berkata, “Hadits ini shahih isnadnya, dan tidak tercatat adanya kecacatan, meski tidak dikeluarkan oleh al-Bukhâri dan Muslim.” Ibnu Hajar berkata, “Hadits ini telah dikeluarkan oleh al-Hâkim dengan sanad yang kuat”)

Marah terhadap qadha Allah hukumnya haram. Al-Qirafi menuturkan dalam ad-Dakhîrah adanya ijma (kesepakatan) atas keharaman marah terhadap qadha dari Allah. Yang dimaksud dengan ijma ini adalah ijma para Mujtahid. Lafadz ijmanya adalah “Marah terhadap qadha Allah hukumnya haram berdasarkan ijma.” Al-Qirafi telah membedakan antara qadha dan al-Maqdhi. Beliau berkata, “Jika ada seorang yang diuji dengan suatu penyakit, kemudian ia merasa sakit sebagai resiko dari tabiat suatu penyakit, maka hal seperti ini tidak dipandang sebagai sikap tidak ridha terhadap qadha, melainkan disebut tidak ridha terhadap al-Maqdhi. Jika ia berkata, “Apa (gerangan) yang telah aku lakukan hingga aku ditimpa dengan musibah ini, dan apa dosaku. Padahal aku tidak layak mendapatkannya.” Maka yang seperti ini disebut tidak ridha terhadap qadha bukan terhadap al-Maqdhi.”

Keharaman marah terhadap qadha ini ditunjukkan oleh hadits dari Mahmud bin Lubaid (sebagaimana telah disebutkan) bahwa Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya jika Allah akan mencintai suatu kaum, maka Dia akan memberikan ujian kepada mereka. Barangsiapa yang bersabar, maka kesabaran itu bermanfaat baginya. Dan barangsiapa marah (tidak sabar) maka kemarahan itu akan kembali kepadanya. (HR. Ahmad dan at-Tirmidzi. Ibnu Muflih berkata, “Isnad hadits ini baik”)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar