Selasa, 28 Juli 2009

Kemoterapi, Khazanah Warisan Islam

Setiap penyakit pasti ada obatnya. Demikian sabda Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Muslim. Muhammad ibnu Ismail al-Bukhari (810 M-870 M) juga menegaskan hal tersebut dalam karyanya Sahih Bukhari, “Tidak ada penyakit yang dibuat oleh Allah tanpa ada pengobatannya.”

Allah menciptakan penyakit, Allah pula yang menyembuhkannya melalui seorang perantara, yaitu dokter. Dokter dipercaya menjadi seorang khalifah oleh Allah, untuk membantu menyembuhkan penyakit yang diderita pasien. Nidai, seorang dokter di abad ke- 16 M pernah mencoba memberikan nasihat kepada rekan-rekannya sesama dokter. Ia meminta kepada mereka untuk tidak berbangga diri karena berhasil menyembuhkan pasien.

Menurutnya, seorang dokter harus percaya bahwa kesembuhan datangnya dari Allah. "Jangan katakan saya telah menyembuhkan pasien, sebab asumsi itu adalah dusta. Penyakit dan pengobatan berasal dari Sang Pencipta. Dia lakukan apa yang jadi kehendak-Nya. Allah-lah yang berkendak," tutur Nidai.

Para dokter Muslim di era kejayaan peradaban Islam mempercayai hal tersebut. Keimanan yang demikian itu mendorong mereka untuk terus berinovasi dalam dunia kedokteran. Sehingga, mereka berhasil mengidentifikasi ragam penyakit beserta obat dan metode pengobatannya tanpa bertentangan dengan keyakinan agama. Salah satunya adalah Kemoterapi.

Kemoterapi adalah metode pe rawat an penyakit dengan menggunakan zat kimia untuk membunuh sel penyakit kanker. Perawatan ini berfungsi untuk menghambat kerja sel. Dalam penggunaan modernnya, istilah ini merujuk kepada obat antineoplastik yang digunakan untuk melawan kanker.

Di dunia modern, untuk kemoterapi bisa digunakan satu jenis sitostika. Pada sejarah awal penggunaan kemoterapi digunakan satu jenis sitostika, namun dalam perkembangannya kini umumnya dipergunakan kombinasi sitostika atau disebut regimen kemoterapi, dalam usaha untuk mendapatkan hasiat lebih besar. Dalam penggunaan non-oncologi, istilah ini juga merujuk pada antibiotik (kemoterapi antibacterial). Dalam pengertian ini, kemoterapi modern pertama adalah arsphenamine karya Paul Ehrlich, sebuah Arsenic kompleks ditemukan pada tahun 1909 dan digunakan untuk merawat sipilis.

Ini kemudian diikuti oleh sulfonamides ditemukan oleh Domagk, dan penisilin ditemukan oleh Alexander Fleming. Tindakan kemoterapi paling sering digunakan untuk membunuh sel-sel kanker dengan memisahkan sel-sel itu dengan cepat. Hal ini berarti juga memisahkan dengan cepat sel-sel jahat dalam keadaan normal, seperti sel di sumsum tulang, sistem pencernaan dan kantong rambut (hair follicles).

Kegunaan lain dari kemoterapi cytostatic (sitostatik) adalah perawatan penyakit autoimmune seperti multiple sclerosis (sklerosa yang banyak), dan rheumatoid arthritis (radang sendi rheumatoid) dan penindasan penolakan pencangkokan (the suppression of transplant rejections). Namun, kemoterapi ini menimbulkan efek samping seperti rasa lelah fisik, mual dan muntah-muntah, diare atau sembelit, anemia, malnutrisi, kerontokkan rambut, bahkan kehilangan memori.

Melawan Kanker
Pada prinsipnya, kanker adalah pertumbuhan sel yang tak terkendalikan dan bersifat ganas. Kanker disebabkan oleh interaksi antara genetik dan lingkungan kerentanan toxin. Oleh karena itu, kemoterapi bekerja untuk memisahan sel dengan cepat. Terdapat beberapa strategi dalam sistem perawatan kemoterapi yang digunakan sekarang. Kemoterapi dapat diberikan dengan maksud kuratif atau bertujuan untuk memperpanjang hidup atau untuk meredakan gejala.

Sebagian besar kanker sekarang dirawat dengan cara ini. Kombinasi kemoterapi yang sama praktis itu melibatkan pengobatan pasien dengan jumlah obat yang berbeda secara bersamaan. Obat-obatan berbeda dalam mekanisme dan efek sam ping nya.

Dalam kemoterapi neoadjuvant (perawatan preoperative), kemoterapi dirancang untuk menyembunyikan tumor utama, sehingga terapi lokal (operasi atau radioterapi) merusak atau kurang lebih efektif. Kemoterapi adjuvant merupakan perawatan pasca operasi, dapat digunakan apabila ada sedikit bukti tentang kanker, tapi ada risiko kambuh.

Hal ini dapat membantu mengurangi peluang pengembangan resistensi jika tumor tidak berkembang. Ini juga berguna untuk membunuh setiap sel-sel kanker yang telah menyebar ke ba gian tubuh yang lain. Kemoterapi di berikan untuk menurunkan beban tu mor dan meningkatkan harapan hidup.

Semua cara kemoterapi mengharuskan pasien mampu menjalani perawatan. Performa status sering digunakan sebagai ukuran untuk menentukan apakah pasien dapat menerima kemoterapi, atau apakah dosis pengurangan diperlukan. "Karena hanya sebagian kecil dari sel tumor yang mati dengan masing-masing pengobatan (membunuh pecahan), dosis harus diulang untuk administratif untuk melanjutkan guna mengurangi ukuran tumor," jelas Skeel, R. T. dalam Handbook of Cancer Chemotherapy.

Bahan kimia
Penggunaan bahan kimia sebagai obat kemoterapi dapat diusut dari peradaban India kuno. Sistem pengobatan tersebut disebut Ayurveda. Di dalam peradaban Islam ada seorang dokter dari Persia, yaitu Muhammad ibnu Zakaria al-Razi (Rhazes), pada abad 10 M yang menemukan metode kemoterapi.

Ia memperkenalkan penggunaan bahan kimia seperti asam belerang, tembaga, merkuri dan garam arsenic, sal ammoniac, scoria emas, kapur, tanah, karang, mutiara, dan alkohol untuk keperluan medis. Hal tersebut disebutkan dalam artikel bertajuk "Science, Technology and Medicine in the Roman Empire" yang mengambil referensi dari Bloch, R. dalam karyanya Etruscan science.

Bahan kimia ini digunakan kembali untuk kemoterapi kanker sekitar abad 20 M. Walaupun begitu, awalnya tidak dimaksudkan untuk tujuan itu. Gas mustard digunakan sebagai bahan kimia selama Perang Dunia I dan dipelajari lebih lanjut selama Perang Dunia II.


Al-Razi, Pencetus Kemoterapi

Salah satu tokoh Muslim yang berjasa di bidang kedokteran modern adalah al-Razi. Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad bin Zakaria al-Razi. Umat Islam mengenalnya dengan nama al-Razi.

Sedangkan masyarakat Barat menyebutnya Rhazes. Ia dilahirkan di Rayy, Teheran sekitar tahun 251 H./865 M. Pada tahun 313 H/925 M, ia menghembuskan nafasnya yang terakhir, dan meninggalkan segudang karya agung yang bermanfaat bagi umat manusia seluruhnya. Dalam tulisan berjudul "The Valuable Contribution of al-Razi (Rhazes) to the History of Pharmacy," disebutkan bahwa kemoterapi pertama kali diperkenalkan seorang dokter Muslim legendaris bernama al-Razi alias Rhazes (865 M-925 M) pada abad ke-10 M.

Sesungguhnya dalam diri al-Razi terdapat banyak potensi. Tidak saja ilmu kedokteran yang dikuasainya, namun juga disiplin lain. Pada awalnya al-Razi sangat tertarik dengan seni musik. Seiring dengan perkembangan intelektualitasnya, ia kemudian menekuni beberapa disiplin ilmu pengetahuan lainnya seperti kimia, filsafat, logika, matematika dan fisika. Maka, tak heran jika sebagian besar masa hidupnya dihabiskan untuk mengkaji dan mengembangkan ilmu-ilmu yang dicintainya tersebut.

Beberapa ilmuwan Barat pun mengakui bahwa Al-Razi merupakan penggagas ilmu kimia modern. Hal ini dibuktikan dengan hasil karya tulis maupun hasil penemuan eksperimennya. Al-Razi berhasil memberikan informasi lengkap dari beberapa reaksi kimia serta deskripsi dan desain lebih dari dua puluh instrument untuk analisis kimia. Al-Razi dapat memberikan deskripsi ilmu kimia secara sederhana dan rasional. Dia juga disebut sebagai orang pertama yang mampu menghasilkan asam sulfat serta beberapa asam lainnya serta penggunaan alkohol untuk fermentasi zat yang manis.

Tetapi memang nama al-Razi lebih banyak disangkutpautkan dengan dunia kedokteran. Ia dikenal sebagai ahli pengobatan, walaupun awalnya seorang ahli kimia. Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa al-Razi meninggalkan dunia kimia karena penglihatannya mulai kabur akibat ekperimen-eksperimen kimia yang meletihkannya. Dan dengan bekal ilmu kimianya yang luas itu, dia kemudian menekuni dunia medis-kedokteran. Di dunia itu, sang ilmuan juga banyak menelurkan karya dan teori-teori ilmiah. Misalnya, al-Razi mengatakan bahwa seorang pasien yang telah sembuh dari penyakitnya lebih disebabkan oleh respons reaksi kimia yang terdapat di dalam tubuh pasien tersebut.

Maka, tak heran jika kemoterapi pertama kali diperkenalkan oleh seorang dokter Muslim legendaris ini pada abad ke-10 M. Sebagaimana disebut dalam artikel berjudul "The Valuable Contribution of al-Razi (Rhazes) to the History of Pharmacy" di atas. Kepakaran al-Razi dalam bidang kedokteran dibuktikan dengan penemuan-penemuannya yang menjadi dasar pengembangan disiplin ini. Dialah orang pertama yang memperkenalkan penggunaan zat-zat kimia dan obat-obatan dalam pengobatan. Zat-zat kimia ini meliputi belerang, tembaga, merkuri dan garam arsenik, sal ammoniac, gold scoria, zat kapur, tanah liat, karang, mutiara, ter, aspal dan alkohol. she- Republika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar