Rabu, 01 Juli 2009

Makna Doa Yang Selalu kita Ucapkan…(Bag. 1)

"Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berdzikirlah untuk Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu, atau berdzikirlah lebih banyak dari itu. Maka diantara manusia ada orang yang berdoa: 'Ya Tuhan kami berilah kami (apa yang kami inginkan) di dunia' dan tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat.” (QS Al Baqarah [2]:200)

“Dan diantara mereka ada orang yang berdoa: 'Ya Tuhan kami berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksaan api neraka'" (QS Al Baqarah [2]: 201)

Kewajiban dalam melaksanakan perintah haji telah ada sejak Nabi Ibrahim as. Tradisi ibadah ini terus berlanjut sampai pada masa Rasulullah saw. Sudah menjadi kebiasaan kaum musyrikin bahwa ritual ibadah haji adalah sesuatu yang sangat penting dalam mencapai momentum kehidupan mereka. Persepsi masyarakat musyirikin ketika itu adalah sepulang dari mengerjakan haji kehidupan mereka akan berubah. Mereka akan mendapat “berkah” haji. Mereka menjadi kaya dan mendapat kedudukan terhormat dalam masyarakat dengan title “Haji” yang telah didapatnya. Untuk memenuhi keinginannya tersebut, mereka berdoa: “Ya Tuhan kami berilah kami (apa yang kami inginkan) di dunia”. Yang mereka minta adalah apa saja yang menyenangkan hidup mereka tanpa peduli apakah itu baik atau buruk untuk mereka. Persepsi ini masih terbawa-bawa pada umat islam ketika mereka mengerjakan haji wada’ bersama dengan Rasulullah saw. Sebahagian besar dari mereka berdoa dengan hanya meminta kesenangan dunia saja.

Allah SWT mengajarkan kepada hamba-hamba-Nya untuk meminta “Hasanah Dunia” maupun “Hasanah Akhirat” seperti pada QS Al Baqarah 201 diatas. Kita sering mengartikan kata “Hasanah” dengan kebahagiaan. Bisa jadi ini adalah hal yang keliru. Hasanah berarti segala sesuatu yang bersifat baik yang Allah SWT ridhai. “Hasanah” dengan “Sesuatu yang menyenangkan hati” dapat bertolak belakang karena sesuatu yang baik menurut Allah belum tentu baik menurut kita.

“…Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui (QS Al Baqarah [2]:216

Tanpa kita sadari, kita hafal akan doa diatas dan terus melafazkan doa tersebut setiap sehabis sholat ataupun pada waktu-waktu tertentu lainnya. Dan bisa jadi doa ini telah kita lafaz-kan lebih dari ratusan kali bahkan ribuan kali sepanjang hidup kita, tapi kita merasa Allah belum juga mengabulkannya. Kenapa kita masih saja hidup dalam kesempitan? Kenapa kita masih saja mengalami mushibah berupa kehilangan pekerjaan? Rugi dalam usaha? Atau anak yang terjerat dalam narkoba dan lain-lain? Jawabannya adalah kita keliru dalam memaknai doa kita sendiri. Lisan kita berucap “Hasanah” tapi hati kita menginginkan segala kesenangan yang dapat kita raih di dunia ini yang hanya bersifat materi seperti harta yang banyak dan kedudukan yang terhormat. Hal ini yang menyebabkan doa kita salah makna dan jauh dari memuaskan hati kita.

Pernahkah kita memaknai makna doa ini yang sebenarnya? Cobalah kita melihat dari sisi Allah yang memiliki sifat Ar Rahman dan Ar Rahim. “Hasanah” bagi Allah adalah sesuatu yang baik menurut Allah dan pasti di ridhai-Nya. Kehidupan yang penuh berkah. Bukankah keterhidaran dari penyakit yang menyengsarakan adalah “hasanah”? Seorang suami dan istri yang memiliki keturunan yang sehat dan cerdas serta sholeh, bukankah hal ini juga hasanah? Rasa aman yang selalu meliputi hari-hari kita bukankah itu juga “hasanah”? Kebutuhan hidup yang tercukupi dalam situasi yang tidak menentu ini, apakah itu juga bukan “hasanah? Apakah juga keterhidaran dari kecelakaan lalu lintas, bukan “hasanah”?

Ada sebuah perbandingan dalam kehidupan ini. Si A adalah seorang manajer dengan gaji Rp15jt sebulan dan si B adalah juga seorang manajer dengan gaji Rp15jt sebulan. Kedua-duanya sama-sama bekerja di perusahaan yang sama. Si A memiliki seorang anak yang sering sakit-sakitan dan harus terus berobat secara berulang ke dokter. Si A dan istri juga memiliki kebiasaan boros dalam hal memenuhi kebutuhan hidupnya. Penghasilannya banyak yang dihabiskan untuk biaya “entertainment” bersama teman-temannya. Dengan penghasilan sebesar itu, si A tetap tidak dapat menyimpan (menabung) sesuatu bagi dirinya dan keluarganya. Jangankan menabung, ia terlilit hutang kartu kreditnya. Setiap limit kartu kredit telah mencapai maksimum, ia membuka kartu kredit yang baru untuk memenuhi keinginannya. Si B memiliki kehidupan yang berbeda. Ia dan istrinya hidup dengan sederhana dan anak-anak mereka adalah anak-anak yang sehat. Mereka jarang sekali menderita sakit, kalaupun sakit hanya flu atau demam biasa yang dapat disembuhkan dengan cara yang sederhana. Si B juga tidak suka “dugem” dan terhindar dari kehidupan metropolis. Di akhir bulan si B masih dapat menabung bagi kebutuhan mereka dan bagi pendidikan anak-anak mereka di masa depan.

Dengan rezeki yang sama Allah SWT berikan setiap bulan berupa gaji Rp15jt, tapi kehidupan si A dan si B sangat berbeda. Bukankah si B memperoleh “hasanah” dalam hidupnya? Bukankah kehidupan si B dan keluarganya lebih berkah?

Di akhir doa pada QS Al Baqarah [2]:201, Allah mengajarkan suatu kalimat yang sangat indah dan penuh makna: “Peliharalah kami dari siksaan api neraka” Kenapa harus ada tambahan kalimat ini? Bukankah kita telah meminta kepada Allah “Hasanah Dunia” dan “Hasanah Akhirat”? Dan itu sudah cukup bagi kita? Hal ini disebabkan oleh karena “Hasanah” atau “Kebaikan” bisa jadi diperoleh dengan melewati masa keburukan atau masa sulit terlebih dahulu. Bisa jadi bagi seorang mukmin kelak di akhirat, ia harus masuk kedalam neraka terlebih dahulu sebelum masuk ke surga. Hal ini tentu kita tidak menginginkannya. Kita semua amat berharap Allah SWT dengan rahmat-Nya langsung memasukkan kita ke surga tanpa harus melewati neraka terlebih dahulu.

Begitu Maha Pemurah nya Allah SWT. Allah mengajarkan suatu doa yang luar biasa bagi kita. Dan banyak dari kita masih saja salah dalam memaknai kehendak-Nya…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar